Jumat, 25 Mei 2012

BENIHKAN GURAMI DI AKUARIUM

11 Komentar

Ini terobosan membenihkan gurami agar survival rate-nya lebih dari 95%. Angkat telur dari kolam dan tetaskan di akuarium dengan air mengalir. Karena perawatannya terjamin, pada umur 4 bulan tumbuh lebih cepat 1-2 cm daripada biasa.

Salah satu kelemahan cara tradisional, survival rate benih cuma 50%. Itu antara lain disebabkan larva yang keluar dari kolam penetasan (kowen) menyebar ke penjuru kolam. Akibatnya pemberian pakan tak efektip. Belum lagi predator seperti belum dan mujair yang terus memburu anak gurami.
Wajar jika yang mampu bertahan hidup hanya separuh dari total populasi. Anak-anak gurami itu berasal dari telur yang dihasilkan dari perkawinan sepasang induk didalam kolam. Ini dilakukan karena sampai kini pemijahan gurami belum bisa dilakukan dengan kawin suntik (induce breeding).
Biasanya peternak memilih varietas Jepang, Soang dan Musafir. “Musafir paling banyak telurnya,” tutur Julius Tirtasanjaya.
Menandai induk yang baik, diantaranya luwes hingga melengkung 180 derajat kala dipegang. Usia produktip induk 4-5 tahun. Gurami tergolong poligami, perbandingan jantan dengan betina idealnya 1:5.
SARANG BULAT
Agar telurnya bagus pakan utama induk gurami tetap daun sente. Sekali seminggu ia boleh diberi extra fooding pelet ikan. Dosis pakan buatan ini tidak boleh terlalu banyak karena bisa menimbun lemak. “Ikan yang terlalu gemuk, telurnya sedikit,” tutur ayah 1 anak yang suka berburu.
Telur terbalut lemak daya tetasnya juga rendah. Gurami salah satu ikan unik, ia bertelur dan menetaskannya dalam sarang berbentuk bulat.
Peternak cukup menyediakan ijuk di kolam induk sebagai bahan sarang. Pada sore hari, aktifitas pembuatan sarang bisa dipantau. Gurami jantan sibuk mengangkut ijuk dan membentuknya jadi sarang. Hari ketiga sampai empat, pasangan gurami siap kawin.
Sebelum mengambil telur dari sarang, wadah dan mendia penetasan dipersiapkan dahulu.
Buatlah akuarium 80 cm x 40 cm x 40 cm, dengan ketebalan kaca 5 mm. Konstruksi bagian dalam akuarium dilengkapi sebuah pipa pelimpah ¾ inci. Sehingga, setelah 48 jam telur menetas sistem pemeliharaan larva langsung dengan air mengalir di tempat yang sama.
Instalasi akuarium juga dilengkapi kran pemasukan air yang mudah dibuka tutup.
MENETAS DI AQUARIUM
Setelah kawin, gurami menutup sarang yang tadinya setengah terbuka menjadi bulatan utuh. Biasanya induk betina tetap berada di sekitar sarang menjaga telurnya. Untuk memastikan keberadaan telur dalam sarang, tusukkan sebatang lidi ke tengah sarang. Kegiatan ini dilakukan pagi hari. Bila permukaan air tampak berminyak, tandanya sarang sudah berisi telur. Angkatlah sarang sebola basket itu dengan hati-hati lalu masukkan dalam ember berisi air bersih. Buka sarang ijuk dengan hati-hati dan ambil telurnya yang berdiameter lebih 2 mm berwarna kuning.
Telur yang baik bening dan mengapung di permukaan air. “Satu sarang berisi kurang lebih 3000-4000 butir telur,” kata Julius. Kumpulkan telur yang mengapung dengan menggunakan serok atau saringan teh. Bilas sampai bersih dengan cara menyemprotkan air. Segera masukkan telur yang telah bebas lemak dan kotoran itu ke dalam akuarium yang telah diisi air ¾ bagian. Bubuhkan beberapa tetes anti bakteri methylene blue.
Agar suhu air hangat, pasang sebuah heater dan setel pada suhu 27-28 Celcius. Aerator dioperasikan selama penetasan untuk mencegah telur menempel satu sama lain. Setelah 36-48 jam larva mulai keluar dari telur.
Tandanya terjadi perubahan bentuk dari bulat menjadi bulat berekor. Walaupun tampak lemah, sesekali larva tampak bergerak-gerak. Telur yang tidak menetas berubah dari kuning bening menjadi keruh.
Buanglah telur yang tidak menetas dan sisa cangkang dengan menyiphonnya menggunakan selang kecil.
PAKAN LARVA
Selama 48 jam larva menghidupi dirinya sendiri dengan cadangan makanan yang tersedia dalam kantung telur (yolk sack). Jika kantung telur sudah tampak mengempis, berikan kutu air atau artemia secukupnya. Jangan sampai terlambat, larva yang terlanjur kelaparan kondisinya lemah.
Setelah 2 hari makan kutu air sediakan cacing rambut dalam wadah pakan. Secara alami anak gurami akan memakan cacing yang keluar dari lubang wadah pakan. “Setelah beberapa hari makan cacing, biasanya pertumbuhan gurami sangat pesat,” kata Julius.
Tiga puluh hari pemeliharaan anak gurami sudah berukuran 1cm (sekuku). Anak ikan seukuran itu disebut bayong (biji-oyong red). Kelulusan hidup sampai tahap itu mencapai lebih dari 95%. Benih seukuran itu sudah bisa dijual, harga di Parung Rp. 300-Rp. 400/ekor.
Jika diinginkan benih berukuran besar, budidaya di akuarium bisa dilanjutkan lagi. Jarangkan populasi dengan memindahkan burayak itu kedalam akuarium berisi 1.000 ekor ikan. Pakan tetap berupa cacing rambut. Sistem pemeliharaannya juga dengan air mengalir. Setelah 2 bulan pemeliharaan ukurannya 2-3 cm atau sebesar daun kelor. Benih ukuran itu harganya Rp.500-Rp. 600/ekor.

PERSIAPAN PEMIJAHAN IKAN GURAME




Bookmark and Share
Budidaya Ikan Gurame
Budidaya Gurame
Kolam pemijahan dapat berupa kolam tanah atau kolam tembok tetapi dasar kolam diusahakan tetap tanah.  Dasar kolam tanah akan merangsang induk gurami untuk  segera memijah.  Syarat kolam pemijahan yaitu : airnya jernih, tenang dan mengalir kecil sehingga suplai oksigen juga terpenuhi, ada pintu pemasukan dan pengeluaran air dan tidak boleh terlalu banyak mengandung lumpur karena airnya cepat keruh, air yang keruh dapat menutupi permukaan telur, akibatnya akan mempengaruhi keberhasilan penetasan telur.


1.     Persiapan Kolam Pemijahan
Persiapan kolam pemijahan bertujuan untuk menciptakan lingkungan kolam dalam kondisi optimal bagi ikan gurami untuk melakukan pemijahan.  Kolam pemijahan harus dilengkapi dengan saluran pemasukan air dan pengeluaran.  Saluran pemasukan air dibutuhkan untuk mensuplai air baru agar air kolam tetap segar dan ketersediaan oksigen terlarut tetap terjaga.  Aliran air yang masuk ke kolam dapat merangsang ikan untuk memijah.
Ikan Gurami seperti ikan air tawar lainnya juga akan terangsang berpijah bila ada suasana baru dalam kolam, seperti bau ampo yang terbentuk akibat pengeringan tanah kolam kemudian kena air baru.  Hal inilah yang menyebabkan pengeringan dan penjemuran pada dasar kolam pemijahan mutlak dilakukan.  Selain kegiatan pengeringan, pemberian pakan daun talas juga dapat merangsang gurami untuk segera kawin.
Tahapan kegiatan yang perlu dilakukan untuk menyiapkan kolam pemijahan ikan gurami adalah sebagai berikut :
a.    Kolam dikeringkan 3-7 hari, tergantung cuaca dan ketebalan lumpur di kolam.  Tujuan pengeringan kolam yaitu merangsang birahi induk untuk segera kawin, membunuh hama dan penyakit  serta membuang gas-gas yang membahayan ikan (misalnya: amoniak (NH3) dan H2S)
b.    Perbaikan pematang, membersihkan kolam dari semua kotoran yang ada dan masuk ke kolam serta membersihkan rumput liar disekitar pematang
c.    Jika dasar kolam banyak mengandung lumpur segera dikurangi atau dibuang
d.    Setelah pengeringan kolam, dilakukan pengapuran dengan dosis 100gr/m2.  Pemberian kapur selain untuk menaikkan pH tanah juga untuk membunuh bibit-bibit penyakit yang terdapat di dasar kolam
e.    Kolam pemijahan diisi dengan air bersih, jernih dan memenuhi persyaratan untuk kehidupan dan telur nantinya sedalam 80 cm
f.     Setelah 3-4 hari dari pengisian air kolam, induk sudah dapat dimasukkan ke kolam pemijahan
Apabila sumber air kurang jernih atau keruh, sebaiknya air diendapkan terlebih dahulu dalam bak pengendapan.  Air kolam yang keruh akan menyebabkan telur terselimuti oleh lumpur sehingga telur-telur membusuk dan tidak menetas.  Disamping itu, air yang keruh kita akan kesulitan untuk mengetahui apakah telah terjadi aktifitas pemijahan dan apakah sarang telah berisi telur atau belum.

2.     Mempersiapkan Sarang
Induk gurami membuat sarang terlebih dahulu sebelum melakukan pemijahan. Gurami meletakkan dan menyimpan telurnya didalam sarang.  Di alam, induk gurami jantan membuat sarang yang terbuat dari rumput-rumput kering yang disusun di pojokan kolam.  Agar proses pemijahan gurame dapat berlangsung lebih cepat, pembudidaya perlu menyediakan tempat kerangka sarang (sosog) dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat bahan sarang (seperti ijuk, sabut kelapa).  Keberadaan bahan sarang tersebut juga merangsang induk cepat untuk memijah.

a.     Kerangka Sarang (Sosog)
Kerangka sarang dapat berupa sosog, ranting-ranting pohon dan bilah bambu yang cukup ditancapkan di pinggir pematang kolam. Pemakaian dengan bilah bambu lebih praktis, hemat biaya, dan induk gurami lebih fleksibel dalam membuat sarang.  Sedangkan sosog adalah anyaman bambu berbentuk kerucut dengan diameter lingkaran mulut sosog antara 25-30 cm dan dalamnya 30-40 cm.  Pemasangan sosog dilakukan di pematang dengan cara tangkainya ditancapkan ke pematang kolam.  Namun ada juga yang memasang sosog di bagian tengah kolam dengan cara memasang tangkai pada pangkal sosog .  Penempatan sosog di bagian tengah kolam bertujuan untuk mengantisipasi induk yang enggan membuat sarang dipinggir kolam, karena kondisi pinggir kolam yang kurang nyaman dan banyak lalu lalang orang.
Pemasangan sosog disarankan sekitar 15-30 cm di bawah permukaan air kolam. Jarak pemasangan antara sosog yang satu dengan lainnya sekitar 2 – 4 m.  Jumlah sosog yang dipasang di kolam pemijahan disesuaikan dengan jumlah induk betina. Satu ekor induk betina biasanya membutuhkan satu sarang untuk meletakkan telurnya.  Namun, semakin banyak kerangka yang dipasang maka akan semakin baik karena induk gurami akan lebih leluasa memilih tempat yang diperkirakan aman dan nyaman untuk meletakkan telurnya.

b.     Bahan Sarang

Bahan sarang untuk pemijahan gurami dapat berupa ijuk, sabut kelapa dan rumput-rumput kering.  Namun , yang paling banyak digunakan adalah ijuk dan sabut kelapa karena lebih praktis, murah, dan mudah didapat.  Pilihlah ijuk yang lembut untuk menghindari pecah atau rusaknya telur akibat gesekan dengan ijuk.  Sebelum digunakan ijuk dan sabut kelapa dicuci hingga bersih dan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur.
Bahan pembuat sarang ini biasanya ditempatkan dipinggir atau di tengah kolam dengan posisi menggantung supaya induk dapat dengan mudah mengambil ijuk atau sabut kelapa.  Agar bisa menggantung, ijuk dan sabut kelapa dijepit secara longgar dengan bilah bambu yang dipasang dipinggiran kolam.  Namun kelemahannya, banyak ijuk yang jatuh ke dasar kolam atau tertimbun lumpur.
Penempatan bahan sarang yang umum dilakukan pembudidaya yaitu diatas para-para yang terbuat dari bambu.  Para-para bambu ini diberi kaki pada keempat sudutnya sehingga mampu menahan ijuk/sabut kelapa yang ditempatkan di atasnya.  Bahan tersebut diletakkan diatas para-para yang terendam air atau rata dengan air supaya mudah diambil induk jantan.  Oleh induk jantan, ijuk/sabut kelapa diambil dan dipindahkan ke sosog atau bilah bambu yang di tancapkan pinggir pematang kolam.


3.     Penebaran Induk Kekolam Pemijahan
Induk gurami yang telah matang gonad dan siap mijah dapat segera dipindahkan  ke kolam pemijahan.  Ciri-ciri induk ikan gurame yang baik adalah sebagai berikut:
a. Memiliki sifat pertumbuhan yang cepat.
b. Bentuk badan normal (perbandingan panjang dan berat badan ideal).
c. Ukuran kepala relatif kecil
d. Susunan sisik teratur,licin, warna cerah dan mengkilap serta tidakluka.
e. Gerakan normal dan lincah.
f. Bentuk bibir indah seperti pisang, bermulut kecil dan tidak berjanggut.
g. Berumur antara 2-5 tahun.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:

a. Betina
- Dahi menonjol.
- Dasar sirip dada terang gelap kehitaman.
- Dagu putih kecoklatan.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor hanya bergerak-gerak.
- Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
b. Jantan
- Dahi menonjol.
- Dasar sirip dada terang keputihan.
- Dagu kuning.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
Penangkapan dan pelepasan induk yang telah matang gonad dilakukan secara hati-hati agar induk tidak terluka atau stress.  Penangkapan induk sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika cuaca tidak terlampau panas.  Hal ini untuk menghindari stress pada ikan akibat perbedaan suhu yang terlalu tinggi antara di kolam induk dengan suhu di kolam pemijahan.  Pemindahan induk ke kolam pemijahan dilakukan setelah kolam pemijahan sudah siap dan telah diisi air.
Penangkapan induk gurami yaitu dengan cara melokalisir induk dengan menggiringnya disalah satu  sisi kolam dengan menggunakan jarring yang dibentangkan.  Setelah ruang geraknya dipersempit, induk dapat ditangkap dengan menggunakan tangan dan dilakukan dengan hati-hati.  Penangkapan induk harus dilakukan satu demi satu.  Penangkapan induk tidak disarankan menggunakan seser, karena akan mengakibatkan sisik ikan banyak yang terkelupas.
Cara memegang induk gurami ada caranya yaitu induk dipegang dengan tangan dengan posisi badan terbalik.  Induk dipegang pelan dan hati-hati, mata gurami diusahakan tertutup oleh telapak tangan agar tidak berontak.  Bagi yang belum mahir dapat menggunakan kain halus basah yang diselimutkan pada tubuh ikan secara hati-hati.  Selanjutnya induk diangkat secara pelan-pelan dengan posisi terlentang juga.  Induk yang tertangkap dimasukkan ke dalam drum atau ember besar berisi air yang telah dipersiapkan.
Pemasukkan induk ke kolam pemijahan harus dilakukan secara hati-hati. Masukkan induk bersama dengan wadahnya ke kolam pemijahan dan biarkan gurami keluar dan berenang dengan sendirinya.  Pemindahan induk dapat juga dengan cara mempergunakan kain halus basah, kemudian diangkut dan dilepaskan bersama pembungkusnya.  Dengan cara ini kemungkinan induk jatuh karena meronta dapat dikurangi atau dihindari.  Jika induk sampai terjatuh maka akan dapat menyebabkan stress sehingga induk tidak mau memijah.