Minggu, 04 Maret 2018

Nasrah kecemasan rezim sekuler

*Politik 2018: Isu Khilafah Tetap Membuat Cemas Rezim Sekuler*

Tahun 2017 telah berlalu menyisakan banyak peristiwa yang tidak begitu saja terlupakan seperti berlalunya waktu. 2017 menyisakan Perbincangan tentang khilafah yang semakin meningkat intensitasnya pasca dibubarkannya ormas pengusung ide khilafah yaitu Hizbut Tahrir Indonesua atau lebih dikenal dengan nama HTI.

Khilafah yang sebelumnya hanya dibicarakan dalam forum-forum HTI kini merebak di berbagai media massa baik cetak maupun elektronik. 

Dari rakyat biasa, ulama, cendekiawan, intelektual, pakar hukum, kalangan akedemisi bahkan sampai pejabat pemerintahan tak luput memperbincangkan. Sebut saja Menko Polhukam Wiranto menyebutnya dengan ideologi khilafah. 

Ideologi khilafah ini menurut penguasa negeri ini mengancam keberadaan NKRI. Berbagai tokoh pun bersuara agar rakyat menjaga NKRI dari ancaman ideologi khilafah yang menurut mereka radikal.

Terlepas dari semua itu  pro dan kontra adalah suatu hal yang biasa terjadi. Dalam hal ini pihak yang kontra dengan khilafah diwakili oleh rezim yang saat ini berkuasa didukung berbagai pihak yang pro terhadap penguasa. 

Narasi klasik bahwa khilafah adalah ancaman, intoleran anti kebhinekaan, memecah belah, anti pancasila, radikal mereka dengungkan agar rakyat mendukung pemerintah dan anti terhadap khilafah. Walhasil  khilafah tidak punya tempat di bumi indonesia.  

Sehingga tidaklah heran jika secepat kilat ormas pengusungnya dibubarkan lewat perppu yang dengan cepat pula disahkan jadi UU. Siapapun yang bicara khilafah dituduh intoleran dan anti kebhinekaan, pengajian mereka dihadang dan dibubarkan. 

Saat ini pemerintah menghadapi gugatan HTI di PTUN sebagaimana dilansir KOMPAS.com. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto menggelar rapat koordinasi terkait strategi dalam menghadapi gugatan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

Dalam rapat tersebut hadir Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Soedarmo, perwakilan Kejaksaan Agung, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas, Presiden The Asian Muslim Action Network (AMAN Indonesia) Azyumardi Azra dan Forum Advokat Pembela Pancasila. 

Dalam rapat tersebut pemerintah akan membuktikan konsep khilafah atau kedaulatan politik dengan berlandaskan syariat Islam bukanlah termasuk implementasi langsung ajaran agama. 

Anggota Tim Kuasa Hukum Pemerintah, Achmad Budi Prayoga, mengatakan, pembuktian itu akan dibeberkan berupa dalil-dalil yang dirumuskan sejumlah ahli hukum tata negara seperti Azyumardi Azra dan Mahfud MD dalam persidangan lanjutan gugatan HTI.

Pertemuan tersebut mengingatkan kita akan 13 abad yang silam dimana kaum Qurais beruding untuk menghalagi dakwah Nabi, para pembesar Qurais itu berkumpul (kalau bahasa sekarang meeting) mencari cara bagaimana menghadang dakwah Nabi.

Ada yang mengusulkan bagamana jika Muhammad dikatakan gila, maka usul ini tidak diterima karena kenyataanya Muhammad tidak gila, bagaimana bila dikatakan Muhammad pendusta maka inipun terbantahkan karena Muhammad sejak kecil dijuluki al amin ( yang terpercaya).

Lalu muncul usulan jika dukun atau tukang sihir usulan ini juga  ditolak karena Muhammad tidak pernah membawa buhul-buhul tali. Akhirnya mereka bersepakat untuk mengatakan bahwa Muhammad bisa melakukan sihir dengan ucapan sehingga harus dijauhi jangan mau mendengar ucapan Muhammad karena akan tersihir karena ucapannya. Begitulah yang mereka lakukan ketika mereka sadar bahwa agama baru yakni Islam dianggap mengancam eksistensi mereka sebagai pemimpin Qurais.

Agaknya rezim saat ini mengikuti jejak para pemimpin Qurais, mereka berusaha menghalagi dakwah yang menyerukan tegaknya khilafah. Mereka menganggap sebagai ancaman sehingga harus ditangani serius alias dibrangus persis seperti trio Abu (Jahal, Lahab dan Sofyan) yang menghadang dakwah Nabi. 

Akan tetapi meski merelka membenci Islam  Abu Jahal, Abu Sofyan dan Abu Lahab secara sembunyi-sembunyi mendengarkan Nabi membaca ayat-ayat Al-Qur'an, mereka begitu merindukan dan merasa tentram mendengar Nabi mengaji, sehingga membuat mereka kembali datang sampai tiga kali. 

Tetapi kekerasan hati merekalah yang membuat mereka tidak mengakui ajaran Nabi. Nah sudahkah rezim penguasa negeri ini mencari tahu apa sebenarnya khilafah itu? Benarkah mengancam? 

Tentunya informasi yang akurat adalah dari sumber yang terpercaya. Dalam kitab fiqh karya Sulaiman Rosyid bab terakhir di situ dibahas tentang khilafah, begitu pula kitab fiqh karya Wahbah Zuhaily, Ahkam ash Sultoniyah karya Imam Mawardi dan masih banyak lagi. 

Tidak jauh membaca kitab fiqh karangan ulama ternama, jika rezim ini bersedia membaca Al Qur'an dan memahaminya pasti akan mendapat petunjuk bahwa Islam adalah kaffah yang wajib diterapkan, _"dan barang siapa tidak berhukum dengan yang Allah turunkan maka menjadi orang yang dholim, kafir dan fasik"._ 

Andaikan rezim ini membaca siroh Nabi  juga akan menjumpai aktivitas kenegaraan Rosululloh  baik dalam negeri maupun luar negeri begitu pula pada masa Khulafaur Rosyidin, Bani Umayyah, Abbasiyah dan Ustmaniyah sampai kemudian dihancurkan Inggris lewat tangan Kemal Attaturk. 

Sayangnya rezim ini belajar Islamnya ala Barat jadilah Islam moderat, ber-8Islam yang tidak bertentangan dengan budaya barat (sesuai kepentingan barat). 

Selagi Islamnya adalah moderat maka khilafah yang merupakan cerminan Islam kaffah selamanya akan jadi momok bagi rezim sekuler di manapun. Mereka akan terus berupaya menghentikan kebangkitan Islam dengan tegaknya khilafah, tapi sejarah akan terulang usaha mereka tidak akan pernah berhasil, sebagaimana dalam firman Allah:

يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ 

_"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai."_ *(TQS At-Taubah, ayat 32)*

Jika rezim ini tidak mau bernasib sama dengan para pemimpin Qurais, dihinakan baik di dunia terlebih lagi di akhirat maka mereka harus belajar Islam seutuhnya, lengkap, sempurna bukankah Allah sudah menyempurnakan diin-Nya?

 الْيَوْمأَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا 

_"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat_Ku. dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian"_ *(TQS Al -Maidah: 3)*

Selanjutnya pilihan ada di tangan anda, tetap menganggap khilafah sebagai ancaman? Atau  belajar Islam sehingga paham bahwa khilafah adalah ajaran Islam yang wajib untuk ditegakkan yang dengannya anda dan umat Islam akan mendapatkan kemuliaan disisi Allah.[MO]

Politik 2018: Isu Khilafah Tetap Membuat Cemas Rezim Sekuler
Oleh: Siti Maimunah 
(Pengasuh Rubrik Fiqh Nisa Komunitas El-Mahira Jombang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar